Hal yang Perlu Dilakukan dan Ketahui Jika Kecopetan dan Sakit di Eropa


Kecopetan
1. Jika membawa kartu kredit, segera blokir kartu kredit. 
Segera telepon call center yang bisa dihubungi melalui international call. Maka, ada baiknya saat di Indonesia, nomor telepon bank yang bisa dihubungi dan nomor kartu kredit sudah disiapkan dan di simpan.
2. Segera ke polisi terdekat dan membuat laporan. 
Laporan ini berguna untuk mengurus paspor dan claim travel insuranc, harus di tempat terdekat terjadi peristiwanya ya, ini gaboleh ditunda!
3. Jika Paspor hilang, pergi ke kedutaan 
Kedutaan ga perlu di negara yang terdekat, tapi harus sebelum kamu balik pulang ke Indonesia

Sakit (Spesial di Paris) 

1. Coba telepon kedutaan
Coba telepon kedutaan terlebih dahulu dan meminta rekomendasi dokter atau meminta bertemu dokter kedutaan. Kedutaan bisa ditelepon 24 jam untuk keadaan darurat
2. Pergi ke Rumah Sakit namun ketahui terlebih dahulu perbedaan Rumah Sakit Umum dan Privat
  • Umum:
    • Kalau memang menyebabkan kematian, tindakan nya baru cepat
    • Kalau penyakitnya tidak menyebabkan kematian langsung, tindakannya lama sekali, kasus saya bisa sampai 7 jam tanpa tindakan apapun 
    • Bayarnya ga langsung. Bisa 1-2 bulan kedepan, billnya dikirim lewat email atau pos, bayarnya bisa melalui cek (hebat ya?) atau kartu kredit. 
  • Privat:
    • Jika ingin meminginkan service yang bagus
    • Tindakannya cepat
    • Harganya mahal
3. Kalau memang dari berangkat udah demam, ada baiknya bawa termometer

##############################



Untuk yang penasaran dengan kronologis cerita Saya bisa dilihat dibawah ini:


Cerita Kecopetan di Kereta


Ceritanya, di Perjalanan Saya di Eropa, Saya menggunakan Euro Night Train untuk pergi dari Austria (Salzburg) menuju Swiss (Interlaken). Saya sendiri sudah sering baca di Internet, bahwa menggunakan train di Eropa, rawan dengan copet. Namun, saya merasa aman karena tipe kereta yang saya gunakan adalah ruangan kamar private, Saya tidak sharing dengan orang yang tidak saya kenal, kamar-nya ada pintu beserta kunci-nya. Begini kira-kira begini penampakannya:



Dan ternyata, di tengah malam, Saya di dibangunin Ibu saya, diketok pintunya, karena Ibu Saya panik tas kami yang berisi duit hilang begitu saja dari ruangan Ibu Saya yang terkunci. Di dalam Kamar, terdiri dari Ibu Saya yang tidur di kasur atas dan Kakak Saya di kasur bawah. Barang yang diambil isinya uang dan paspor, sedangkan karena HP di charger, letaknya ga ada didalam tas yang dicuri tersebut.

Kronologinya, Ibu Saya bangun untuk Shalat Subuh dan tersadar bahwa Pintu Terbuka dan Tas menghilang. Yap! Pintu kami dibuka begitu saja walaupun ada kuncinya.

Setelah melapor ke petugas kereta api, dia menyebutkan bahwa kemungkinan pencuri nya sudah turun di stasiun kota sebelumnya. Jadi hopeless... dan tiba tiba jeng jeng.. Ibu Saya mendapat notifikasi dari HP bahwa terdapat penggunaan Kartu Kredit di Kota yang sudah Kami lewati, Innsbruck (Kota antara Swiss dan Austria) dengan nominal yang lumayan besar.

Panik, Kami sekeluarga meminta Ibu Saya untuk mengingat semua kartu kredit yang ada di dompet tersebut. Worstly, nomor telepon call center kartu kredit, anehnya, tidak dapat dihubungi dari luar negeri. Semua hanya tersambung ke nada dering terputus. Akhirnya, Kami menelepon keluarga kami yang ada di Indonesia untuk meminta memblokir seluruh kartu kredit yang ada dan berhasil....

Cerita Sakit di Paris, Rumah Sakit Umum

Setelah menahan demam di Paris 2 hari, Suami Saya tidak sembuh-sembuh. Karena tidak membawa termometer, mengandalkan tangan, Saya sangat merasakan bahwa Suami Saya panasnya tinggi. Plus, dia sangat lemas sehingga tidak bisa melakukan perjalanan. Akhirnya, Saya memutuskan untuk membawa Suami Saya ke Rumah Sakit terdekat Hotel Kami, di area Stasiun Gare du Nord yaitu Hôpital Lariboisière yang merupakan Rumah Sakit Umum. 

Dikarenakan di Jakarta, Suami saya radang, maka Dokter Umum yang pertama kali memeriksa, mendiagnosa Suami saya Demam karena amandel. Saat di cek, benar, panasnya hingga 39 derajat. Namun saat di cek ke dokter amandel, amandelnya tidak bermasalah sama sekali. Kami dikembalikan ke bagian emergency. 

Saat dikembalikan di bagian emergency, Suami saya diwajibkan untuk masuk ke sebuah ruangan dimana ruangan itu merupakan ruangan untuk tindakan emergency. Untuk masuk ke ruangan ini, harus menggunakan kartu. Sebelumnya, saat diagnosa pertama dengan dokter umum, ruangannya berbeda, letaknya diluar dan diruangan itu tidak terdapat alat yang dapat digunakan untuk tindakan medis. Untuk masuk ke ruangan tindakan emergency ini, Saya dan Suami saya harus menunggu di ruang tunggu hingga lebih dari 3 jam tanpa tindakan apapun. Worstly, yang masuk ke dalam ruangan tindakan ini hanya boleh Suami Saya dan Saya hanya bisa menunggu di luar tanpa pemberitauhan apapun. Crazy. 

Dikarenakan Suami Saya sangat lemas, komunikasi yang terbatas, Saya berulang kali meminta resepsionis di depan agar Saya diperbolehkan masuk dan akhirnya Saya berhasil masuk 1 kali. Saat Saya masuk ke dalam ruang tindakan, Saya mengetahui bahwa Suami saya diletakkan di ruangan tersendiri dan mendapat info bahwa Suami Saya harus di cek darahnya terlebih dahulu dan menunggu hasilnya. Setelah menunggu 2 jam diluar tanpa kabar apapun, Suami Saya menginfokan bahwa Dokter masih ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti EKG dan lain-nya. Namun, Suami Saya sudah dipindahkan ke area yang lebih banyak pasiennya dan lebih dekat dari pintu masuk yang menggunakan kartu yang saya sebut sebelumnya. Setelah menunggu 2 jam lagi tanpa kabar dan tidak diperbolehkan masuk kembali oleh resepsionis, Saya akhirnya memaksakan diri masuk, menunggu ada dokter yang masuk dan mencuri kesempatan untuk masuk sebelum pintunya tertutup. Didalam saya memaksa berbicara dengan dokter dan mendesak agar segera diberikan tindakan atau memperbolehkan kami pulang dengan alasan akan mengejar pesawat 6 jam lagi. 

Dan akhirnya, Dokter memberikan tindakan dimana tindakan yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama (karena harus di injeksi vitamin). Untungnya, setelah di injeksi, panas suami saya turun dan akhirnya Kami bisa pulang. Total kami mendapatkan tindakan dari pertama kali kami masuk ke emergency= 7 jam. 

Hal yang lucu juga, saat saya menunggu di ruang tunggu, mungkin karena ini rumah sakit umum, banyak pasien yang aneh-aneh yang muncul. Contoh: Polisi dan Penjahat yang berdarah-darah serta di borgol, Gelandangan yang ternyata cuman numpang tidur dan numpang charger, Pasien yang marah-marah kelamaan nunggu dan akhirnya pulang, padahal dia nunggunya udah di kasur rumah sakit tapi bagian ruang tunggu.

Cerita Sakit di Paris, Private Hospital

Saat saya di Paris, setelah insiden suami Saya, di Kereta perjalanan pulang ke Hotel, Saya menguap dan tidak dapat menutup kembali mulut Saya (istilah medis TMJ). Karena memang Saya sudah pernah seperti ini juga, Saya tau bahwa Saya harus dibawa ke Emergency untuk dibantu ditutup mulutnya. Setelah mengetahui bahwa rumah sakit umum tindakannya lama sekali, Saya takut dan meminta suami Saya membawa Saya ke Private Hospital.

Setelah sampai di Private Hospital, benar, tindakannya jauh lebih cepat namun dengan harga yang jauh lebh mahal. Hahahaha


Anyways, kesimpulan dari Post ini, Saya merasa Travel Insurance itu membantu banget dan emang sedia payung sebelum hujan banget. More Stories dari perjalanan trip Saya di Eropa bisa dilihat di:

3 comments:

  1. mb jadi itu gimana bayar pas di rs umum n private ?
    claim asuransi ny gmn ?
    keluar uang lg ?

    ReplyDelete
  2. mb jadi itu gimana bayar pas di rs umum n private ?
    claim asuransi ny gmn ?
    keluar uang lg ?

    ReplyDelete
  3. Diganti mba duitnya semua sm asuransi

    ReplyDelete